Reshuffle Kabinet Prabowo, Ibarat Mandi Safar Politik

Sabtu, 13 September 2025 | 19:19:57 WIB

Oleh: Salamuddin Toha, Kader Hima Persis Riau

Presiden Prabowo Subianto kembali melakukan reshuffle kabinet. Bagi publik, ini bukan sekadar pergantian nama. Tapi lebih mirip mandi safar politik: ritual membersihkan pemerintahan dari noda lama, sekaligus menata ulang arah kekuasaan.

Dalam tradisi Melayu, mandi safar berarti penyucian diri, menolak bala, dan menjemput keberkahan. Air yang mengalir adalah simbol kejernihan. Itulah makna yang bisa ditarik dari reshuffle kali ini.

Reshuffle selalu punya dua wajah. Pertama, wajah teknokratis: memperkuat kinerja, mengganti menteri yang gagal, atau menghindari konflik kepentingan. Kedua, wajah politis: panggung bagi partai, arena bagi pembagian kursi, dan alat menjaga koalisi tetap utuh.

Publik tentu berharap wajah pertama yang dominan. Jika reshuffle hanya jadi politik balas budi, ibarat mandi tanpa sabun. Basah, tapi tidak bersih. Hanya ritual tanpa ruh.

Prabowo dituntut menjaga marwah kepemimpinan. Kabinet yang oleng hanya akan memperlemah bahtera pemerintahan. Karena itu, reshuffle harus diisi sosok profesional, bersih, dan visioner.

Rakyat tidak peduli dari partai mana seorang menteri berasal. Yang mereka lihat sederhana: harga sembako, lapangan kerja, layanan publik. Semua itu adalah barometer keberhasilan kabinet.

Pepatah Melayu bilang: “sekali air bah, sekali tepian berubah.” Reshuffle bisa menjadi gelombang yang mengubah tepian politik. Harapannya, perubahan itu membawa kebaikan, bukan keruntuhan baru.

Tantangan sudah menunggu: ekonomi global rapuh, harga pangan bergejolak, ketimpangan sosial melebar, krisis lingkungan kian nyata. Menteri baru harus punya keberanian dan kejernihan. Tanpa itu, kebijakan hanya jadi rutinitas, mudah dikotori kepentingan sesaat.

Reshuffle bukan hanya soal politik kekuasaan. Lebih dari itu, ini soal keberlanjutan. Menyucikan pemerintahan dari politik transaksional, praktik korupsi, dan kebijakan yang tak berpihak pada rakyat.

Kalau reshuffle hanya kosmetik politik, publik akan segera melupakan. Tapi jika reshuffle benar-benar menghadirkan kejernihan, ia bisa jadi titik balik kepemimpinan Prabowo.

Mandi safar adalah simbol. Yang penting bukan airnya, tapi niatnya. Begitu pula reshuffle: bukan siapa yang diganti, tapi tekad menyucikan negeri.(*)

Halaman :

Terkini